Jambi, Salimbai.id – Bupati Tanjung Jabung Timur Jambi, Romi Hariyanto sempat emosi terhadap Petrochina gegara dinilai tidak memiliki kontribusi kepada masyarakat secara penuh. Dia bahkan mengeluarkan perusahaan terbesar minyak dan gas asal China itu dari forum CSR lantaran tak punya peran besar.
Kekesalan bupati itu disampaikannya saat peresmian kantor Koramil di kawasan Geragai Kabupaten Tanjabtim Jambi, Selasa (21/3). Lantas apa saja kekesalan kepala daerah dua periode itu hingga ingin usir Petrochina dari wilayahnya?
Bupati Tanjabtim Romi Hariyanto mengatakan dia sudah lama kecewa dengan Petrochina. Perusahaan itu dianggap tidak punya kepekaan pada masyarakat. Sejumlah komitmen perusahaan itu juga macet.
“Padahal itu kewajiban mereka,” kata Romi, Rabu (22/3/2023).
Dijelaskannya, sejak dia menjabat sebagai bupati pada 2016 dia berharap Petrochina bisa bersinergi dengan baik dalam mendorong kesejahteraan masyarakat. Namun yang terjadi justru Petrochina banyak ingkar janji. Padahal, saat Romi masih menjabat sebagai Ketua DPRD Tanjabtim tepatnya 2013, Pemkab Tanjabtim pernah menyegel 26 sumur migas milik Petrochina.
“Penyegelan itu dilakukan Pemkab yang waktu itu bukan pada jaman saya terkait soal tidak adanya izin lokasi. Dan di masa kepemimpinan saya, saya berharap peristiwa itu tidak perlu terulang dengan perbaikan sikap perusahaan terutama pada kewajiban-kewajibannya, ternyata tidak juga,” ujar Romi.
Bupati dua periode itu juga membeberkan kekesalannya soal pemanfaatan gas sebesar lima MMBTU yang diserahkan ke Pemkab. Namun sudah 10 tahun pemanfaatan gas itu tidak kunjung terealisasi. Romi menilai Petrochina terkesan seperti melepas kepala namun menahan ekor.
Soal pemanfatan gas ini Petro berlindung di balik kebijakan SKK Migas yang menurut Romi seperti modus bohong-bohongan. Gas yang akan di kelola Pemkab melalui BUMD ternyata dijual kepada PLN.
“Padahal harga beli PLN di bawah harga yang harus dibayar Pemkab ke Petro. Ini seperti orang dipersilahkan masuk tapi pintunya ditutup,” ucap Romi mengibaratkan.
Romi bahkan pernah berkali-kali menemui PLN di Jakarta supaya perjanjian jual beli gas (PJBG) segera bisa terealisasi. Romi bahkan sudah menemui SKK migas agar BUMD lebih leluasa memanfaatkan gas tidak hanya untuk PLN, sayangnya upaya itu tak pernah membuahkan hasil.
Begitu pula soal participating interest (PI) 10 persen yang merupakan kewajiban perusahaan kepada daerah. Sejak 2018 hingga saat ini tak kunjung menunjukkan progres yang baik. Padahal Participating interest (PI) 10% adalah amanat undang-undang.
Romi menyebut, Pemkab sudah kehilangan waktu lima tahun. Semestinya PI 10 % itu bisa jalan ketika kontrak baru pengelolaan Blok Jabung berjalan.
Bukan sekali ini saja Romi berang ke Petrochina. Pada 7 Februari 2019 silam, saat kunjungan Presiden Petrochina ke Pemkab, Romi menyampaikan protes kerasnya soal dukungan Petro terkait pengurangan pengangguran di Tanjabtim.
Romi tersinggung lantaran minimnya angka kerja Tanjabtim yang bisa mengakses Petrochina.
“Untuk sopir saja mereka mendatangkan tenaga kerja luar daerah, siapa yang tidak kesal coba, harusnya Petro lebih mengutamakan penduduk lokal,” kesal bupati itu.
Dalam pertemuan kala itu, Romi menyampaikan yang hadir saat itu ada Dirjen Migas, Kepala SKK Migas Dwi Soejipto serta rombongan BPK RI yang dipimpin Rizal Djalil. Bahkan Romi mengatakan suasana sempat memanas karena Romi melontarkan diksi ‘maling’ mengibaratkan kelakuan Petrochina.
Menanggapi pernyataan keras Romi, Dwi berjanji akan mereview kembali apa yang menjadi persoalan dibawah.
“Saya ingat kala itu, pak Kepala SKK nya pak Dwi itu menyampaikan bahwa sebagai mewakili Pemerintah sudah tentu SKK akan mengakomodasi apa yang menjadi kepentingan daerah. Dia juga menyebut apa yang menjadi konsen bupati tentu akan menjadi masukan yang sangat baik dalam membuat program nantinya dalam pengembangan industri minyak dan gas di Tanjab Timur.
Peristiwa 2019 silam itulah yang kemudian membuat SKK migas mengakomodir harapan Pemkab agar CSR tidak dibatasi pada program pemberdayaan masyarakat. Disepakati CSR juga masuk pada pembangunan fisik. Salah satunya pembangunan jalan Geragai-Mendahara.
Namun lagi-lagi komitmen itu tak berjalan sebagaimana yang dijanjikan. ruas jalan sepanjang 46 KM itu hingga empat tahun berlalu hanya terealisasi tiga kilometer.
Soal kegeramannya pada Petrochina, dijelaskannya tidaklah berarti dia mengingkari kontribusi Petro selama ini. Romi mengakui CSR Petro selama ini berjalan. Hanya saja masih sangat jauh dari harapan.
“Saya kan tidak pernah menyusahkan Petro, tidak sekalipun saya minta bantuan pribadi kepada Petro, tetapi sikap Petro terkesan tidak bersahabat kepada masyarakat saya di Tanjung Jabung Timur ini,” ucap Romi. (Detik.com)
Discussion about this post